Laos, Mengejar Komunitas ASEAN
Laos: Permata yang Belum Terasah
Menurut data UNDP, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berfokus pada isu-isi pembangunan dan kesejahteraan, Laos masih tergolong sebagai less developed country atau negara yang kurang berkembang. Meski memiliki beberapa sumber daya alam berupa tambang emas, timah, dan perak, pengelolaannya masih belum maksimal dan belum mampu menunjang kesejahteraan penduduknya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor. Secara historis, Laos pernah mengalami beberapa kali pendudukan oleh negara asing, yaitu Thailand, Perancis, dan Jepang. Berada di bawah pengaruh negara lain selama bertahun-tahun membuat rakyat Laos tidak dapat menjalankan fungsi pemerintahannya dengan mandiri. Setelah akhirnya merdeka pada 1949, Laos mengalami perang saudara antara kerajaan yang berdiri setelah penjajah pergi dan kelompok komunis yang merubah Laos menjadi negara sosialis hingga saat ini. Perang saudara yang terjadi setelah kemerdekaanpun menghancurkan sejumlah infrastruktur dan memaksa sebagian penduduk untuk bermigrasi keluar negeri karena perang. Setelah perang berakhirpun, penduduk yang berpendidikan tinggi memutuskan mencari lapangan pekerjaan di negara lain.
Berangkat dari kerangka masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa fokus utama Laos saat ini adalah isu ekonomi dan pembangunan, karena negara tersebut masih tergolong tertinggal dari negara tetangganya dalam sektor ekonomi.
Investasi Diplomatik
Adalah kewajiban suatu negara untuk memenuhi serta menjamin hak-hak warganya agar tercipta masyarakat yang sejahtera dan progresif. Untuk itu, institusi kepemerintahan seharusnya membuat kebijakan-kebijakan yang strategis untuk memenuhi kebutuhan warga negaranya. Langkah-langkah yang diambil mencakup pengadopsian kebijakan dalam dan luar negeri untuk mencapai tujuan tersebut. Kebijakan dalam negeri ditujukan untuk membuat peraturan yang bersifat progresif terhadap pembangunan dari dalam negara, sedangkan kebijakan luar negeri ditujukan untuk menyokong tujuan negara tersebut untuk mencapai visinya.
Mengingat keadaan Laos yang masih sarat dengan isu kemiskinan dan predikatnya sebagai LDP, Laos tentunya berharap bahwa kemitraan yang dijalinnya dengan negara-negara lain akan memberikan keuntungan di bidang ekonomi dan pembangunan. Dalam lingkup ASEAN, Laos tentu mengharapkan manfaat yang positif dari proses regionalisasi ASEAN dalam waktu dekat. Apalagi, di tahun 2016 nanti Laos akan memegang posisi chairmanship ASEAN yang memberinya peluang untuk menentukan agenda-agenda pertemuan-pertemuan ASEAN. Posisi ini selayaknya dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk kepentingan bersama, tetapi sekaligus menjaring peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan Laos untuk mencapai kepentingannya. Apabila aku adalah pemerintah Laos, aku akan membuat investasi diplomatik yang bersifat strategis, yakni kebijakan yang dapat menanggulangi masalah yang dihadapi Laos serta sesuai dengan kapabilitas yang dimilikinya. Agar Laos dapat berperan aktif di ASEAN, investasi diplomatik yang dibutuhkan Laos saat ini adalah yang bersifat suportif terhadap pembangunan dalam negeri, misalnya pada sektor ekonomi dan pendidikan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
1. Ekonomi.
Dalam sektor ekonomi, investasi diplomatik yang kubuat juga harus disesuaikan untuk memaksimalkan potensi-potensi yang Laos miliki. Laos memiliki potensi-potensi yang bisa menunjang perekonomiannya; seperti sektor pariwisata. Negara itu baru-baru ini dinobatkan sebagai Tujuan Turis Terbaik di Dunia oleh Dewan Pariwisata dan Perdagangan Eropa (ECTT) dan New York Times. Pariwisata Laos yang bertumpu pada destinasi-destinasi arkeologis seperti Luang Prabang dan Wat Phu serta keindahan alam Laos yang masih terjaga seperti Sungai Nam Tha dan Mekong menjadi magnet bagi wisatawan. Selain itu, masyarakatnya yang multikultural juga menjadi daya tarik tersendiri; Laos mempunyai setidaknya 100 kelompok etnis yang memiliki bahasa, tradisi, dan seni budaya yang berbeda. Saat ini Laos sedang berusaha mengkomersialisasi warisan budayanya seperti produk kain tenunnya. Namun, sektor wisata yang menjadi salah satu penyumbang pendapatan terbesar Laos masih perlu dikembangkan dan ditingkatkan pemasarannya. Sejalan dengan itu, investasi diplomatik yang perlu dibuat haruslah mendukung Laos dalam memaksimalkan potensinya ini. Caranya adalah dengan mempromosikan pariwisata Laos dengan lebih gencar ke negara-negara Asia Tenggara lain seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina yang masih jarang berkunjung ke Laos. Caranya dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan seperti pameran paket wisata Laos di negara-negara ASEAN dan pemberian peluang bagi investor asal Asia Tenggara yang ingin bekerjasama dengan pemerintah Laos untuk mengembangkan sektor pariwisata.
Selain pariwisata, Laos memiliki wilayah yang subur yang dapat dimanfaatkan menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Lembah-lembah sungainya yang subur dapat dimanfaatkan untuk menanam kopi, teh, padi, serta hasil bumi lainnya yang dapat diekspor. Berkaca dari Vietnam misalnya, negara tersebut pernah juga digolongkan sebagai LDPsegera setelah akhir perang Vietnam dan setelah sistem ekonomi sentral sosialisnya menemui kegagalan, namun kini telah sukses menjadi salah satu eksportir beras. Thailand juga telah sukses mengembangkan sektor agrarisnya dan menjadi eksportir hasil-hasil pertanian seperti buah-buahan dan lain-lain. Yang diperlukan Laos saat ini adalah dukungan dan pelajaran dari negara tetangganya yang lebih dulu menorehkan kesuksesan. Maka, pemerintah Laos perlu mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan atau bekerjasama dengan investor negara tetangga untuk mengolah sebagian wilayah hutan menjadi perkebunan komersial dan mengolah hasil pertanian. Hutan misalnya, sebagian wilayahnya yang tidak dialokasikan sebagai cagar alam dapat digunakan untuk menanam tanaman komersial seperti karet dan kelapa sawit. Untuk itu, Laos perlu mencari partner potensial yang bisa dijadikan teladan dan target pasar. Malaysia misalnya, yang saat ini sedang giat-giatnya mengembangkan minyak kelapa sawit dapat menjadi pasar sekaligus investor.
2. Pendidikan.
Dibandingkan negara-negara ASEAN yang lain, Laos dapat dikatakan masih tertinggal di sektor pendidikan dan pengelolaanya. Kemiskinan disinyalir menjadi salah satu penghambat masyarakat Laos untuk mengeyam pendidikan yang lebih tinggi serta sedikitnya tenaga pengajar yang mumpuni. Baru-baru ini pejabat pemerintahan Laos dikabarkan mengunjungi Indonesia untuk mempelajari kebijakan Bantuan Operasional Sekolah. Sebenarnya, Laos juga telah mengadopsi kebijakan sejenis, namun pemerintahnya menilai masih banyak pembenahan yang perlu dilakukan.
Di masa depan, berintegrasinya ASEAN seharusnya memberikan peluang-peluang positif untuk berkembang bagi negara-negara yang kurang beruntung sebagai Laos. Investasi diplomatik yang dibuat haruslah memberikan kesempatan Laos untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya dan Laos tentunya berharap banyak dari negara-negara Asia Tenggara lain yang dapat memberikan akses kepada pendidikan tinggi dan kesempatan-kesempatan yang tidak dapat diberikan oleh pemerintah Laos pada masyarakatnya. Apabila aku menjadi pemerintah Laos, aku akan memastikan bahwa masyarakat Laos mendapatkan akses pendidikan ke sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang berkualitas di negara tetangga Thailand, yang merupakan salah satu partner utama Laos dalam berbagai bidang; serta negara-negara Asia Tenggara lain yang mempunyai sektor pendidikan yang berkualitas seperti Malaysia, Indonesia, dan Singapura. Selain itu, aku akan mengusahakan agar pendidik-pendidik di Laos dapat melanjutkan sekolah di universitas yang bagus di Singapura untuk kemudian kembali ke Laos dan membaktikan diri mereka sebagai pengajar. Kegiatan-kegiatan lain seperti pertukaran pelajar dan pengajar juga akan diupayakan. Semua upaya ini ditujukan agar generasi Laos mendatang akan mempunyai daya saing yang unggul dan mampu berkompetisi dengan masyarakat ASEAN lainnya.