Sudah
tidak asing lagi ditelinga kita bila mendengar kata ejaan. Yang langsung
terlintas dalam pikiran kita pasti EYD, namun sejak tahun 2015 berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun
2015 EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan sudah tergantikan dan sekarang ejaan
yang dipakai adalah EBI yang merupakan singkatan dari Ejaan Bahasa Indonesia.
Lalu mengapa EYD digantikan menjadi EBI? Karena zaman terus berubah, teknologi
juga terus berkembang, dan bahasapun harus menyesuaikan perubahan itu. Kita
tidak mungkin akan selalu terpaku dengan aturan lama, karena bahasa terus
berkembang. Sehingga aturan mengenai kebahasaan juga ikut menyesuaikan, seperti
halnya perubahan dari EYD menjadi EBI.
Jika
dilihat dalam EBI cara pemakaian huruf guna sebagai usaha untuk memajukan ejaan
bahasa Indonesia agar dapat mengikuti perkembangan kosakatanya dapat dibedakan
menjadi :
1. Huruf
Abjad
Huruf abjad yang
digunakan dalam bahasa Indonesia terdiri dari 26 huruf yaitu huruf A-Z. Huruf
abjad sudah tidak asing lagi bagi kita, karena kita selalu menggunakannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Huruf
Vokal
Huruf vokal adalah huruf
yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri dari 5 huruf yaitu a,
i, u, e, dan o.
3. Huruf
Konsonan
Huruf konsonan dalam
bahasa Indonesia berjumlah 21 huruf atau biasanya lebih mudahnya huruf konsonan
itu huruf abjad selain huruf vokal.
4. Huruf
Diftong
Bunyi vokal rangkap yang
tergolong dalam satu suku kata. Dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang
dilambangkan dengan ai, au, ei, dan oi. Contoh dari huruf diftong yaitu damai,
saudara, lebai.
5. Gabungan
Huruf Konsonan
Dalam bahasa Indonesia
ada empat gabungan huruf konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Contoh dari
gabungan huruf konsonan yaitu akhlak, ngigau, nyanyi, syahadat.
6. Pemenggalan
Kata
Dalam bahasa Indonesia
sendiri menurut yang tertulis dalam EBI pemenggalan kata pada kata dasar dapat
dilakukan sebagai berikut :
a. Apabila
ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalan kata dilakukan
diantara kedua huruf vokal itu. Misalnya kata baik, pemenggalan dilakukan
diantara huruf vokal a dan huruf vokal i menjadi ba-ik.
b. Apabila
ditengah kata ada huruf konsonan, bisa juga gabungan huruf konsonan, diantara
dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya
si-kap, pa-gar.
c. Apabila
ditengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan
antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya ap-ril, pin-tar.
d. Apabila
ditengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan
antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya
ul-tra, bang-krut.
Selain
pemakaian huruf, dalam EBI juga terdapat cara penulisan huruf yang baik dan
benar, serta dapat dibagi menjadi cara penulisan huruf kapital, huruf miring,
dan huruf tebal.
1. Huruf
Kapital
Huruf
kapital sendiri biasanya sering disebut sebagai huruf besar.
a. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya : Syfa ingin
membeli baju baru.
b. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama pada petikan langsung.
Misalnya : Ibu berkata,
“Kapan kamu selesai ujian?”
c. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya : Kita harus
berdoa meminta petunjuk kepada Allah SWT.
d. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang diikuti nama orang.
Misalnya : Pangeran
Antasari, Sultan Hamengkubuwono X.
e. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang.
Misalnya : Presiden B.J.
Habibie, Wakil Presiden Mohammad Hatta.
f.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama sebagai nama orang termasuk julukan.
Misalnya : Aprilia Dwi
Rahayu, Salma Ayyasi.
g. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya : tahun Hijriah,
bulan April, hari Rabu.
h. Huruf
kapital sebagai huruf pertama nama khas dalam Geografi.
Misalnya : Peta Nusa
Tenggara Timur, Danau Toba, Sungai Serayu.
i.
Huruf kapital sebagai huruf pertama nama
badan resmi, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan serta nama dokumean resmi.
Misalnya : Mahkamah
Konstitusi, Departemen Agama.
j.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama semua kata didalam nama buku, majalah, surat kabar, kecuali kata
partikel, seperti di, ke, dari, untuk, dan, yang untuk, dimana posisinya
terletak tidak pada posisi awal.
Misalnya : Dari Gajah
Mada ke Jalan Gatot Subroto.
k. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penujuk hubungan kekerabatan seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti
sapaan.
Misalnya : Apakah Kakek
jadi datang ke Bandung besok?
l.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama untuk nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta
jabatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya : Selamat makan,
Tuan. Silahkan duduk, Sultan.
m. Huruf
kapital dipakai seabagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya : bangsa
Indonesia, suku Jawa, bahasa Sunda.
n. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Misalnya : S.H. (Sarjana
Hukum), M.T. (Magister Teknik).
o. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya : Perjanjian
Linggarjati, Perang Dunia II.
2. Huruf
Miring
a. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam karangan.
Misalnya : Saya sudah
membaca buku Jarak Antarbintang karangan
Naimmah Nur Aini.
b. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata atau kelompok kata.
Misalnya : Dalam bab ini tidak dibahas mengenai tanda hubung.
c. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan
asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya. Dalam tulisan tangan atau
ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi garis dibawahnya.
Misalnya : Nama ilmiah
jagung ialah Zea mays.
3. Huruf
Tebal
a. Huruf
tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sebelumnya sudah ditulis
miring.
Misalnya : Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti
‘dan’.
b. Huruf
tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul
buku, bab, atau subbab.
Misalnya : 1.1. Latar Belakang
Selanjutnya
ada penulisan kata. Dalam EBI hal-hal yang dibicarakan mengenai penulisan kata
yaitu sebagai berikut :
1. Kata
Dasar
Dalam kata dasar ditulis
sebagai satu kesatuan.
Misalnya : Saya pergi ke
taman.
Majalah itu laku terjual.
2. Kata
Turunan
a. Imbuhan
(awalan, akhiran, sisipan) ditulis serangkai dengan kata dasar.
Misalnya : berlari, menari, gambaran.
b. Awalan
atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya atau
mendahuluinya bila bentuk dasarnya merupakan gabungan kata.
Misalnya : antibiotik, mancanegara.
c. Apabila
bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran
maka kata-kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : mempergunakan,
pernyataan.
d. Apabila
salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka gabungan itu
ditulis serangkai.
Misalnya : Pancasila,
mancanegara.
3. Kata
Ulang
Dalam kata ulang ditulis
lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya : sayur-mayur,
anak-anak, buah-buahan.
4. Gabungan
Kata
a. Gabungan
kata yang biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah.
Misalnya : Simpang lima,
cendera mata.
b. Gabungan
kata yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk
menegaskan pertalian diantara unsur yang bersangkutan.
Misalnya : anak-istri
presiden, ibu-bapak saya.
c. Gabungan
kata yang sudah dianggap satu kata ditulis serangkai.
Misalnya : sukarela,
sukacita.
5. Kata
Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku- dan kau-
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan –ku, -mu, dan –nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Buku itu sudah
kubaca minggu lalu.
Dia sudah tinggal dirumah barunya itu.
6. Kata
Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan
dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : Sukma pergi ke
Semarang.
Ilma sekolah di Solo.
Icaa berasal dari Yogyakarta.
7. Kata
Sandang si dan sang
Kata sandang si dan sang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : Fida dijuluk
oleh temannya sebagai sang penulis.
Mida tidak menyukai si sombong itu.